Apa sih yang dimaksud Unicorn dalam
'Dunia' Startup
Seperti yang telah
kita lihat bersama, dalam acara debat putaran kedua Capres dan Cawapres
Indonesia 2019 pada Minggu malam (18/02), Calon presiden dengan nomor urut 01
yaitu Joko Widodo sempat memberikan pertanyaan kepada capres dengan nomor urut
02 yaitu Prabowo Subianto dalam upaya untuk mendukung pengembangan
dari Unicorn
Unicorn merupakan
suatu istilah yang sangat familiar di dunia perusahaan rintisan atau yang
dikenal dengan startup. Istilah unicorn sendiri dipakai untuk
mendeskripsikan suatu perusahaan privat yang telah berhasil mengantongi valuasi
lebih dari US$1 miliar.
Untuk diketahui, istilah unicorn didalam dunia startup pertama kali diperkenalkan oleh seorang pemodal kapital yaitu Aileen Lee pada tahun 2013. Lee menggunakan istilah unicorn ini untuk mendefinisikan suatu perusahaan teknologi yang dinilai mempunyai ide dan solusi yang tak biasa dengan nilai valuasi lebih dari US$1 miliar.
Valuasi startup merupakan nilai ekonomi dari bisnis yang digeluti oleh suatu perusahaan rintisan. Valuasi biasanya dijadikan sebagai acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis dari sebuah perusahaan.
Untuk diketahui, istilah unicorn didalam dunia startup pertama kali diperkenalkan oleh seorang pemodal kapital yaitu Aileen Lee pada tahun 2013. Lee menggunakan istilah unicorn ini untuk mendefinisikan suatu perusahaan teknologi yang dinilai mempunyai ide dan solusi yang tak biasa dengan nilai valuasi lebih dari US$1 miliar.
Valuasi startup merupakan nilai ekonomi dari bisnis yang digeluti oleh suatu perusahaan rintisan. Valuasi biasanya dijadikan sebagai acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis dari sebuah perusahaan.
Mengutip dari laman Tech In Asia, penghitungan valuasi startup dan
perusahaan konvensional sebenarnya tidaklah jauh berbeda.
Valuasi perusahaan konvensional mempertimbangkan beberapa aspek termasuk diantaranya nilai perusahaan di bursa saham, nilai dari jenis saham lain yang dimiliki oleh perusahaan, utang perusahaan, dan jumlah uang tunai yang dimiliki perusahaan.
Sementara itu bagi startup yang sejak tahap awal berdiri bisnis belum berhasil mendapat pemasukan atau keuntungan. Bagi pendiri perusahaan ataupun calon investor akan mempertimbangkan aspek-aspek lainnya seperti jumlah dan nominal transaksi, jumlah para pengguna, teknologi produk, kualitas tim, dan juga kompetitor.
Perusahaan yang berhasil mengantongi status unicorn berdasarkan penilaian yang dikembangkan oleh pemodal ventura dan investor yang berpartisipasi dalam putaran pendanaannya. Perlu dicatat, semua unicorn sejatinya adalah startup, pembedanya hanya nilainya yang dinilai berdasarkan potensi pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
Mengutip laporan dari Corporate Finance Institute (CFI), penilaian untuk mendapat label sebagai unicorn tidak ada kaitannya dengan kinerja keuangan dari masing-masing perusahaan ataupun data fundamental lainnya.
Perlu dicatat tidak sedikit dari perusahaan teknologi dunia yang sudah berhasil mengantongi status unicorn akan tetapi masih belum menghasilkan keuntungan.
Agar bisa mengantongi status unicorn merupakan sebuah proses yang melibatkan berbagai pertimbangan dari banyak faktor. Termasuk pula perkiraan pertumbuhan bisnis satu perusahaan dalam jangka panjang.
Valuasi perusahaan konvensional mempertimbangkan beberapa aspek termasuk diantaranya nilai perusahaan di bursa saham, nilai dari jenis saham lain yang dimiliki oleh perusahaan, utang perusahaan, dan jumlah uang tunai yang dimiliki perusahaan.
Sementara itu bagi startup yang sejak tahap awal berdiri bisnis belum berhasil mendapat pemasukan atau keuntungan. Bagi pendiri perusahaan ataupun calon investor akan mempertimbangkan aspek-aspek lainnya seperti jumlah dan nominal transaksi, jumlah para pengguna, teknologi produk, kualitas tim, dan juga kompetitor.
Perusahaan yang berhasil mengantongi status unicorn berdasarkan penilaian yang dikembangkan oleh pemodal ventura dan investor yang berpartisipasi dalam putaran pendanaannya. Perlu dicatat, semua unicorn sejatinya adalah startup, pembedanya hanya nilainya yang dinilai berdasarkan potensi pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
Mengutip laporan dari Corporate Finance Institute (CFI), penilaian untuk mendapat label sebagai unicorn tidak ada kaitannya dengan kinerja keuangan dari masing-masing perusahaan ataupun data fundamental lainnya.
Perlu dicatat tidak sedikit dari perusahaan teknologi dunia yang sudah berhasil mengantongi status unicorn akan tetapi masih belum menghasilkan keuntungan.
Agar bisa mengantongi status unicorn merupakan sebuah proses yang melibatkan berbagai pertimbangan dari banyak faktor. Termasuk pula perkiraan pertumbuhan bisnis satu perusahaan dalam jangka panjang.
Di samping itu, para pemodal
kapital dan investor sering kali mempertimbagkan aspek rumit lainnya termasuk mengenai
keberlangsungan satu model bisnis. Terlebih lagi jika salah satu bisnis menjadi
perusahaan pertama di suatu industri yang membuat proses penilaian menjadi
semakin kompleks.
Berdasarkan riset dari CB Insight, hingga Januari 2019 terdapat lebih dari 300 unicorn di seluruh dunia. Beberapa unicorn diantaranya bahkan sudah 'naik kelas' dengan berhasil mengantongi status sebagai decacorn (valuasi US$10 miliar) dan hectocorn (valuasi US$100 miliar).
Kelima perusahaan tersebut dengan nilai valuasi tertinggi di dunia berdasarkan CB Insight yaitu Toutiao atau Bytedance (US$75 miliar), Uber (US$72 miliar), Didi Chuxing (US$56 miliar), WeWork (US$47 miliar), dan terakhir Airbnb (US$29,3 miliar).
Sementara itu di Asia Tenggara sejauh ini ada tercatat tujuh unicorn dengan empat diantaranya berasal dari Indonesia. Keempat startup unicorn Indonesia tersebut antara lain yaitu Bukalapak, Gojek, Traveloka, dan Tokopedia.
Berdasarkan riset dari CB Insight, hingga Januari 2019 terdapat lebih dari 300 unicorn di seluruh dunia. Beberapa unicorn diantaranya bahkan sudah 'naik kelas' dengan berhasil mengantongi status sebagai decacorn (valuasi US$10 miliar) dan hectocorn (valuasi US$100 miliar).
Kelima perusahaan tersebut dengan nilai valuasi tertinggi di dunia berdasarkan CB Insight yaitu Toutiao atau Bytedance (US$75 miliar), Uber (US$72 miliar), Didi Chuxing (US$56 miliar), WeWork (US$47 miliar), dan terakhir Airbnb (US$29,3 miliar).
Sementara itu di Asia Tenggara sejauh ini ada tercatat tujuh unicorn dengan empat diantaranya berasal dari Indonesia. Keempat startup unicorn Indonesia tersebut antara lain yaitu Bukalapak, Gojek, Traveloka, dan Tokopedia.
Sumber : CNN Indonesia
0 Response to "Apa sih yang dimaksud Unicorn dalam 'Dunia' Startup"
Post a Comment